Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi, mengatakan akan memberikan penjelasan mengenai CPO Indonesia, terutama pada pengusaha dan masyarakat Prancis dan Belanda, yang saat ini menjadi pasar CPO dari Indonesia pada Desember mendatang biar tidak ada penolakan hasil perkebunan Indonesia tersebut.
Pemerintah mengakui kampanye hitam soal sawit dari Indonesia masih akan berlangsung. Padahal saat ini Eropa mengimpor sekitar 4,5 juta ton CPO dari berbagai negara dan paling banyak mengimpor dari India dan China. Sedangkan ekspor CPO Indonesia ke Eropa hanya sekitar 1,5 sampai 1,8 juta.
“Meskipun tidak banyak, namun kampanye hitam untuk CPO perlu disikapi karena CPO merupakan komoditas ekspor terbesar Indonesia,” katanya di Jakarta, Rabu (21/11).
Selain itu, saat ini ekspor CPO ke Amerika diganjal dengan isu lingkungan. Badan Lingkungan Amerika (EPA) mengklaim bahwa produk biofuel yang terbuat dari sawit tidak signifikan mengurangi emisi karbon dioksida. Akibatnya, ekspor CPO Indonesia ke Amerika ditolak. Hingga saat ini, Indonesia dan Amerika masih dalam tahap penyelesaian kasus CPO.
Pekan lalu, sekelompok organisasi di Prancis mengajukan ke agar diterapkan pajak impor CPO sebesar 300 persen. Penerapan pajak impor ini dilatarbelakangi kampanye produk sawit berbahaya untuk kesehatan.
Bayu menegaskan Indonesia bisa membuktikan bahwa produk CPO yang diproduksi di dalam negeri ramah lingkungan. Dari total produksisebesar 22 juta ton per tahun, sekitar 7 juta sampai 8 juta ton CPO sudah bersertifikat sustainable palm oil.
Saat ini hampir 30 persen CPO Indonesia sudah mendapatkan sertifikat ramah lingkungan. Indonesia menargetkan semua produksi CPO bisa 100 persen mendapatkan sertifikat sustainable pada 2017.
“Memang ada sawit kita yang sekarang belum sustainable, tapi kalau kemudian disamaratakan semua sawit kita tidak sustainable itu tidakbenar,” katanya.( mereka.com)