Penyebaran HIV di Indonesia semakin meluas di 33 provinsi dan 341 kabupaten/kota.

Jika upaya pencegahan tidak dilakukan, dikhawatirkan jumlah orang yang terinfeksi HIV akan meluas ke seluruh kabupaten/kota yang berjumlah lebih dari 400-an.

Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengatakan peningkatan terjadi karena kurangnya pemakaian kondom di kelompok yang berisiko seperti pekerja seks PSK.

“Prevalensi pada PSK perempuan, laki-laki, waria itu meningkat, ini mengkhawatirkan, dan salah satu penyebabnya karena penggunaan kondom yang kurang,” kata Nafsiah kepada BBC Indonesia.

Kementerian kesehatan menyebutkan jika pencegahan tidak dilakukan diperkirakan kasus baru HIV bisa mencapai 76.000 per tahun.

Jumlah orang dengan AIDS sampai September 2012 mencapai 3.541 orang, turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 6.187 orang.

Sementara jumlah pengidap HIV turun dari 21.031 orang menjadi 9.883 orang.

Menteri Kesehatan menyebutkan sekitar 10 persen pekerja seks perempuan sudah terinfeksi, dan karena mereka tak bisa memaksa pelanggan untuk menggunakan kondom.

“Tidak seperti Thailand no kondom no sex, Indonesia belum bsia memaksakan penggunaan kondom, saya baru ngomong kondom saja sudah didemo, tetapi ini harus dilakukan untuk melindungi kaum perempuan,” kata Nafsiah.

” Laki-laki dia pergi beli seks dan penyakitnya tidak pusing, lalu dia menularkan kepada perempuan lain, bahkan kepada istrinya sendiri,” tambah dia.

Perdebatan kampanye kondom

Kampanye penggunaan kondom sebagai salah satu upaya pencegahan penyebaran HIV AIDS di Indonesia masih mendapatkan sejumlah tentangan, terutama dari pemuka agama.

Masalah yang menjadi perdebatan tajam terutama kampanye penggunaan kondom yang dianggap sebagian kalangan pemuka agama, sebagai bentuk dukungan terhadap seks bebas dan melegalkan lokalisasi.

Ketua MUI Amidhan mengatakan kampanye penggunaan kondom dikhawatirkan akan disalahgunakan untuk perzinahan.

“Dikhawatirkan digunakan tidak sebagaimana mestinya kan untuk kontrasepsi dan jika ada kampanye seperti ini nanti akan digunakan bukan untuk suami istri dan menyuburkan pelacuran,” kata Amidhan kepada BBC Indonesia, Sabtu (1/12).

Amidhan mengatakan pencegahan penularan Aids dapat dilakukan dengan pendekatan agama dan moral.

“Kita supaya mencegah dari motivasi dirinya, sebab kalau dengan cara kampanye kondom artinya orang boleh terus melakukan tindakan yang mendekatkan ke penyakit HIV, ” tambah Amidhan.

Menurut Amidhan masih ada alternatif lain untuk pencegahan penularan HIV AIDS selain kampanye penggunaan kondom.

Sementara, menteri kesehatan menyatakan kampanye penggunaan kondom hanya dilakukan terhadap kelompok yang berisiko dan tidak untuk seluruh kalangan masyarakat.

“Kalau agama diyakini semua orang ya tidak akan ada pelacuran atau narkoba, tetapi jika sudah tertular, petugas kesehatan berkewajiban untuk pengobatan dan mepromosikan kondom.”

”Kalau kembali ke agama alhamdulillah, kalau tidak yang harus pake kondom, tak bisa bertentangan satu dengan yang lain, karena masing-masing memiliki peranan yang penting,” jelas Nafsiah.

Nafsiah mengakui pencegahan penyebaran HIV di Indonesia masih mendapatkan tantangan yang cukup besar.

Selain masalah kampanye penggunaan kondom, upaya pemberian pendidikan seks dan reproduksi kepada remaja juga masih mendapatkan penolakan karena dianggap akan meningkatkan seks bebas.

“Pendidikan seks dan kesehatan reproduksi padahal itu penting, karena usia muda itu rentan,” jelas Nafsiah.

Data kementerian kesehatan menyebutkan sekitar 75 persen dari jumlah kasus AIDS di Indonesia dialami usia produktif yaitu 20-39 tahun.

Perempuan dan anak rentan terinfeksi

Kasus HIV AIDS di Indonesia secara kumulatif mencapai 120.000 orang sejak 1997 sampai September 2012.

Jumlah kasus diperkirakan lebih dari data yg diungkapkan oleh Kementerian kesehatan.

Jumlah perempuan yang terinfeksi HIV sekitar 35 persen, dan cenderung mengalami peningkatan.

Meski lebih banyak dialami oleh orang dengan perilaku berisiko, seperti pengguna narkoba suntik dan hubungan seks tidak aman. Tetapi beberapa tahun terakhir penularan HIV AIDS di kalangan ibu rumah tangga cenderung meningkat, bahkan lebih besar dibandingkan PSK.

Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengatakan peningkatan kasus di kelompok yang perilaku tidak berisiko karena dampak dari perilaku yang tidak aman oleh laki-laki.

“Dari perempuan yang dilaporkan HIV positif lebih banyak ibu rumah tangga dibandingkan PSK (Pekerja Seks Komersial) , ini mereka korban karena mereka tidak perilaku berisiko, dan menggunakan narkoba tapi tertular dari suaminya, ” jelas Nafsiah kepada Sri Lestari dari BBC Indonesia.

Menurut Menkes, ibu dengan HIV positif itu kemungkinan dapat menularkan ke bayinya.

Bayi yang lahir dari ibu HIV positif itu meningkat juga, jelas dia.

“Dari ibu ini bisa menularkan kepada bayinya, sehingga ada upaya yang lebih intensif untuk perlindungan perempuan dan anak-anak,” tambah Nafsiah.

Menurut Nafsiah, kondisi ini terjadi akibat ketidakadilan gender.

“Kita ingin menarik perhatian kunci ada di tangan laki-laki, kalau laki-laki itu punya pilihan, ikut agama atau tidak , pake duitnya untuk beli penyakit atau beli gizi anaknya, ” kata dia.

Upaya pencegahan

Nafsiah mengatakan perlindungan terhadap perempuan dan anak-anak ini diharapkan meningkatkan kesadaran kelompok laki-laki untuk tidak menularkan HIV kepada istri dan anaknya.

“Pencegahan kuncinya di tangan laki-laki yang berperilaku berisiko, seksual atau narkoba, dan kedua bagi yang sudah terinfeksi harus terbuka,” jelas mantan sekretaris Komisi Penanggulangan Aids ini.

Upaya pencegahan penularan dari suami yg positif HIV kepada istrinya dapat dilakukan dengan menggunakan kondom.

Seperti dialami Rully – Orang dengan HIV Aids ODHA- yang ditemui BBC Indonesia di Klinik Metadon, Puskesmas Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat.

Dia tengah berkonsultasi untuk memiliki anak tetapi tak ingin istrinya tertular HIV.

“Istri saya negatif, dan saya selalu pakai kondom jika berhubungan (seksual) ya saya sayang kepada istri dan tidak mau dia tertular, tapi saya ingin punya anak untuk meneruskan keturunan,” kata Rully yg berprofesi sebagai tukang koran dan majalah.

“Makanya saya konsultasi bagaimana caranya memiilki anak yang sehat,” tambah dia.

Siang itu di ruang tunggu Klinik Metadon Puskesmas Gambir ada tiga anak tengah bermain. Mereka merupakan anak dari pasangan ODHA yang tidak tertular HIV dari kedua orangtuanya karena menjalani upaya pencegahan dengan persalinan yang aman.

“Saya ketahuannya pas hamil 8 bulan, ya tertular dari jarum suntik, lalu ditangani dokter disini agar tidak menular ke anak,” jelas Marlina, ibu dari seorang putri yang berusia 3 tahun.

Sementara Apriana, ibu dari anak berusia satu tahun, mengatakan dia menjalani persalinan melalui operasi caesar untuk mencegah penularan ke bayi di salah satu RS milik pemerintah.

Koordinator Pengurangan Bahaya dari Puskesmas Gambir, dr I Gede Subagia, mengatakan penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dilakukan mulai kehamilan.

“Berbagai upaya pencegahan adalah salah satunya pemberian ARV kepada ibu hamil yang positif dan melakukan persalinan yang aman dengan operasi dan tidak menyusui bayi,” jelas dr. Gede.

Meski demikian, menurut Gede masih ada kemungkinan terjadinya penularan virus dari ibu ke bayi sebesar 5 persen. Tetapi risiko penularan jauh lebih besar jika sama sekali tidak dilakukan upaya pencegahan.

“Posyandu” untuk ODHA

Puluhan orang tampak mengantri di depan klinik metadon di Puskesmas Kecamatan Gambir Jakarta Pusat, Jumat (30/11). Mereka merupakan mantan pengguna narkoba suntik yang mengikuti program metadon.

Setiap harinya mereka harus meminum metadon yang disediakan oleh Puskesmas untuk melepas ketergantungan menggunakan jarum suntik, yang dapat menularkan HIV jika digunakan secara bergantian.

I Gede Subagia mengatakan program metadon ini merupakan salah satu upaya pencegahan penularan HIV terutama di kalangan pengguna napza jarum suntik.

“Bagi mereka yang mengikuti program metadon, kami kemudian meminta mereka untuk tes laboratorium dan VCT untuk mengetahui apakah mereka tertular HIV atau tidak.”

”Dari 128 orang menjalani terapi metadon, dan 83 orang merupakan positif HIV,” jelas Gede.

Menurut Gede, dari 83 orang sekitar 60 persen diantaranya mengkonsumsi obat antiretroviral ( ARV ) yang juga disediakan secara gratis di Puskesmas dan 9 orang mendapatkan antiretroviral lini kedua di RS karena belum tersedia di layanan kesehatan Kecamatan Gambir ini.

Gede menyatakan selain melalui program metadon, ibu hamil yang memiliki risiko tertular HIV dan penderita Infeksi Menular Seksual IMS juga ditawarkan untuk menjalani tes VCT di Puskesmas.

“Jadi kami melakukan pemeriksaan VCT terhadap mereka yang berisiko untuk mengetahui apakah mereka positif HIV atau tidak, sebagai upaya pencegahan penularan, dan jika positif kami sarankan untuk memeriksa secara rutin disini,” kata Gede.

Menurut dr. Gede, Puskesmas memantau kondisi para ODHA dengan cara membentuk kelompok dukungan dan memeriksa kesehatan mereka secara rutin.

“Tidak seperti tempat lain, kami tidak melepas mereka yang ketahuan positif, kami membuat semacam posyandu dan meminta mereka cek lab sebulan sekali dan CD4 tiga bulan sekali, sehingga kondisi kesehatan mereka terpantau, dan mereka tidak menularkan virus kepada yang lain,” kata Gede.

Seperti Jumat (30/11) siang, beberapa ODHA berkonsultasi mengenai masalah kesehatan kepada dr. Gede, antara lain mengenai program kehamilan untuk pasangan yang HIV positif.

Untuk pencegahan penularan kepada pasangan , para ODHA juga dapat memperoleh kondom secara gratis di Puskesmas.

Penyediaan layanan untuk pencegahan penularan HIV di Puskesmas diharapkan dapat menurunkan tingkat penyebaran HIV. Sampai 2012, baru 30 persen Puskesmas yang memiliki layanan pencegahan penularan HIV.

Menteri kesehatan Nafsiah Mboi menargetkan seluruh puskesmas yang ada di Indonesia memiliki layanan pencegahan dan penyediaan obat untuk Orang dengan HIV AIDS ODHA, pada tahun 2014 nanti.

“Baru 30 persen dari puskesmas yang ada di Indonesia, targetnya 2014 semua puskesmas sudah bisa melakukan pencegahan minimal, ” kata Nafsiah.

Menteri kesehatan menyatakan upaya pencegahan penting karena kasus HIV AIDS semakin meluas dan di seluruh provinsi yang ada di Indonesia.(bbc indonesia)