Buntut dari jatuhnya pesawat jenis Boeing 737-800 Next Generation (NG) di laut dekat Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali. Maskapai penerbangan Lion Air menyatakan pihaknya mengalami kerugian finansial hingga USD90 juta (Rp874 miliar).
“Sampai saat ini kerugian yang kami pikul dari insiden pesawat itu sudah tidak bisa dioperasikan lagi atau total lost karena pesawat sudah patah menjadi dua,” kata Direktur Umum Lion Air, Edward Sirait dalam komperensi persnya di Lion Tower, Jakarta, Sabtu (13/4/2013).
Dia menjelaskan, pesawat dengan nomor registrasi PK-LKS tersebut baru didatangkan pada Maret 2013 lalu dari pabrikan pesawat Amerika Serikat (AS) dan belum memiliki jam terbang banyak.
Meskipun demikian, dia masih enggan menyebutkan, apakah pesawat dengan nomor penerbangan JT 904 itu adalah pesawat milik maskapainya atau hanya pesawat sewa dari lessor (perusahaan penyewa pesawat).
Edward juga belum mengetahui posisi kotak hitam (blackbox) pesawat itu. Dia memastikan, pesawat naas tersebut sudah tidak layak untuk dioperasikan. Untuk proses evakuasi bangkai pesawat, pihaknya masih harus menunggu investigasi lebih lanjut dari Kementerian Perhubungan (Perhub) dan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
“Ke depan untuk rute Bandung-Denpasar kita akan menggunakan pesawat cadangan, sampai saat ini kerugian yang kami emban hanya dari total lost pesawat, untuk harga Boeing 737-800 NG senilai USD80-90 juta,” kata dia.
Seperti diketahui, pesawat Lion Air yang dipiloti Kapten M Gozali tujuan Bandung-Denpasar mendarat darurat di Laut (ditching) dekat Bandara Ngurah Rai. Pesawat tersebut membawa 95 orang penumpang dewasa, lima anak dan satu balita. Pesawat ditching pada pukul 15.35 WITA mengangkut tujuh orang awak kabin. Beruntung, seluruh penumpang dinyatakan selamat dalam kejadian tersebut.[pesat news ]