Aksi dukungan terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi, KPK hari Minggu (07/10) di Jakarta dihadiri lebih dari 500 orang.
Dalam aksi unjuk rasa yang berpusat di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, sejumlah warga meminta agar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono segera bersikap dan memberi dukungan kepada KPK dalam menyelesaikan kasus korupsi, utamanya yang terjadi di lembaga Kepolisian Indonesia.
“Hari ini kita mempertanyakan keberadaan Presiden SBY dimana kemudian apa keputusan SBY dan ketegasan SBY juga tidak ada,” kata salah satu koordinator aksi unjuk rasa, Usman Hamid.
“Kita dengar dari juru bicara Istana SBY baru akan ambil keputusan hari Senin (08/10) padahal kejadianya terjadi hari Jumat (05/10). Ini aneh… saya kira ini tidak menunjukan kepemimpinan yang bisa mengambil keputusan yang cepat dan tegas dalam mengatasi ketegangan antara polisi dengan KPK.”
Sebelumnya ratusan orang mendatangi kantor KPK pada hari Jumat malam hingga Sabtu pagi untuk memberikan dukungan kepada lembaga itu.
Dukungan diberikan setelah sejumlah anggota kepolisian dari Kepolisian Daerah Bengkulu dan Jakarta datang kantor KPK untuk menangkap salah satu penyidik di lembaga itu, Novel Baswedan karena dituduh terlibat kasus pembunuhan.
Keprihatinan warga
Sejumlah pegiat dan tokoh masyarakat, memberikan dukungan pada KPK karena menduga perintah penangkapan itu berhubungan dengan upaya KPK memproses dugaan korupsi pengadaan mesin simulator SIM Polri yang melibatkan seorang jenderal polisi berbintang tiga.
Warga yang terlibat dalam aksi hari ini juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap upaya yang mereka nilai sebagai pelemahan KPK.
“Kita ikut peduli mendukung KPK karena melihat kerja mereka terus dikebiri oleh kekuasaan,” kata seorang warga Jakarta yang datang dalam aksi unjuk rasa hari ini.
mentara warga yang lain melihat KPK merupakan salah satu lembaga penegak hukum yang masih bisa dipercaya oleh masyarakat.
“Saat ini saya lihat Polri dan Kejaksaan sudah tidak dipercaya lagi memberantas korupsi,” kata Rifki
Aksi kali ini juga diramaikan oleh seniman, rohaniawan, aktivis kemanusiaan dan sejumlah tokoh lainnya.
“Saya sudah ikut dalam aksi serupa sebelumnya dan kali ini saya rasa saya perlu membela KPK, karena mereka ujung tombak kita dalam memberantas korupsi serta pihak yang lemah dalam kasus ini,” kata Elfonda Mikel atau Once yang dalam aksi ini menyanyikan sejumlah lagu mengkritik kekuasaan yang korupsi.
Dukungan meluas
Aksi dukungan terhadap posisi KPK untuk menuntaskan kasus korupsi khususnya yang terjadi di lembaga Kepolisian tidak hanya berlangsung di Jakarta tetapi juga berlangsung di Solo, Jawa Tengah dan sejumlah daerah lainnya.
Dalam aksi yang berlangsung di Jakarta, salah satu penggagas aksi penyelamatan KPK, Illian Deta Arta Sari mengatakan dia memanfaatkan situs jejaring sosial untuk mengumpulkan warga guna berkumpulkan dalam aksi hari ini.
“Persiapan baru kami lakukan pada Sabtu siang dan langsung kita kontak mereka lewat BBM (pesan pendek pada perangkat Blackberry) kita juga menggunakan twitter untuk mengumumkan aksi kegiatan kita,” kata Illian yang juga pegiat di Lembaga Pemantau Korupsi, ICW.
Dalam aksi itu mereka juga menyebut warga masyarakat yang mendukung keberadaan KPK ini dengan sebutan semut rangrang.
“Kami bertekad untuk mencegah terjadinya cicak lawan buaya kalau itu terjadi lagi maka tidak hanya cicak yang akan melawan buaya, cicak akan dibela oleh semut rangrang warga Jakarta,” kata Usman Hamid dan ratusan warga Jakarta yang hadir dalam aksi hari ini.
Sengketa KPK-Polri sebelumnya dikenal dengan insiden cicak-buaya, mengutip pernyataan Kabareskrim saat itu Komisaris Jenderal Polisi Susno Duadji yang mengibaratkan perlawanan KPK terhadap Polri seperti cicak menantang buaya.
Saat itu dua pimpinan KPK, Chamdra Hamzah dan Bibit Riyanto, juga hendak ditangkap karena tuduhan menerima suap. Keduanya kemudian dibebaskan berkat dukungan publik yang sangat besar.( bbc uk)